GPM Launch Day at NASA Goddard (Feb. 27, 2014)

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja pada level menengah di dunia usaha/ industri (DU/DI). Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia dijelaskan bahwa deskripsi kualifikasi pada level 2 (capaian pembelajaran lulusan pendidikan menengah) meliputi (1) Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan menggunakan alat, dan informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan, serta menunjukkan kinerja dengan mutu yang terukur, di bawah pengawasan langsung atasannya; (2) Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan faktual bidang kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih penyelesaian yang tersedia terhadap masalah yang lazim timbul; (3) Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab membimbing orang lain. Seiring dengan perkembangan zaman yang memasuki era revolusi industri 4.0, terjadi perubahan permintaan lulusan SMK dari dunia usaha dan industri (DU/DI). Hal tersebut berdampak pada proses pembelajarannya, selain upaya link and match kurikulum sekolah dengan dunia usaha/ industri (DU/DI), pengadaan program teaching factory, magang (on the job training), hal yang tidak bisa dihindari adalah perubahan paradigma pembelajaran di SMK yaitu pergeseran dari pembelajaran konvensional menuju pembelajaran berbasis digital atau disebut juga new learning.

Baca juga : Model-Model Pembelajaran

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa model pembelajaran berbasis digital (new learning) merupakan proses pembelajaran yang memiliki karakteristik berpusat pada peserta didik, kolaborasi, interkoneksi antar individu, berpikir kritis, kemampuan pengambilan keputusan dan pemanfaaatan multimedia dalam pembelajaran. Dengan karakteristik tersebut, pembelajaran berbasis digital memberikan banyak manfaat di antaranya menampilkan informasi/ materi belajar dengan cara baru dan
menarik yaitu dengan menggunakan perangkat teknologi, meningkatkan kemampuan belajar mandiri, memberi fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk belajar, efisiensi biaya bagi administrasi penyelenggara maupun peserta didik (dalam hal ini biaya transportasi dan akomodasi), juga dapat meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) dan lain-lain. Pada umumnya pola pembelajaran berbasis digital atau yang disebut Riyana (tt) sebagai pembelajaran bermedia menekankan pada peran media sebagai sumber informasi utama dalam kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran ini memberikan keleluasan lebih kepada media untuk secara langsung berinteraksi dengan peserta didik, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator dan evaluator pembelajaran.
Sebagaimana sistem pembelajaran berbasis digital pada umumnya, pembelajaran berbasis digital di SMK juga dapat dideskripsikan dalam sebuah alur dari input, proses dan output.

 Input pembelajaran terdiri dari peserta didik (baik siswa maupun mahasiswa) yang menjadi “subyek belajar” (individu yang memiliki kesadaran kritis yang diharapkan mampu membangkitkan kesadaran
untuk peduli dan kritis terhadap berbagai macam persoalan yang terjadi lingkungan sosial).
 Proses. Pelaksanaan new learning di SMK memiliki variasi sesuai dengan setting pembelajaran yang digunakan di antaranya yaitu pembelajaran sinkron (synchronous learning) dan asinkron (asynchronous learning) (Naidu, 2006).
 Output. Dengan menekankan pada proses pembelajaran yang bermakna (mata pelajaran sebagai alat bukan tujuan) dengan pemilihan setting pembelajaran yang sesuai, diharapkan SMK dapat menghasilkan output/lulusan unggul. Lebih detail lagi berkaitan dengan era revolusi industri 4.0 ini, lulusan SMK dapat memenuhi standar keterampilan abad ke-21 sehingga individu dapat survive dan berhasil di masa sekarang maupun masa depan.
Dari jenis-jenis setting (pembelajaran) yang ada pada tahap proses, pembelajaran bisa dilakukan dengan sinkron langsung, sinkron maya, asinkron mandiri dan asinkron kolaboratif (Ramadhan dkk, 2018). Berikut
penjelasannya:
 Sinkron Langsung (SL) adalah pembelajaran yang dilakukan dalam situasi di mana pendidik dan peserta didik dalam lokasi/ ruang dan waktu yang sama atau pembelajaran tatap muka langsung misalnya dalam praktik lapangan, workshop dan sebagainya.
 Sinkron Maya (SM) adalah pembelajaran yang terjadi dalam situasi dimana antara peserta didik dan pendidik berada pada waktu yang sama tetapi tempat berbeda-beda satu sama lain, ini dapat dilakukan melalui teknologi sinkron. Aktivitas dalam setting pembelajaran Sinkron Maya (SM) ini bisa berupa web based seminar (webinar), konferensi audio, konferensi video dan kelas virtual.
 Asinkron Mandiri (AM) adalah pembelajaran yang terjadi dalam situasi belajar mandiri secara daring, aktivitas pembelajaran ini diantaranya adalah membaca, mendengar (audio, audiocast), menonton (video,
webcast), mensimulasikan, studi daring, publikasi/ jurnal (wiki, blog, dll) dan latihan dengan memanfaatkan obyek belajar (materi digital) tertentu yang relevan.
 Asinkron Kolaboratif (AK) adalah pembelajaran yang terjadi dalam situasi kolaboratif yang melibatkan lebih dari satu orang antara peserta didik dengan peserta didik lainnya atau orang lain sebagai narasumber.
Aktivitas dalam setting pembelajaran Asinkron Kolaboratif (AK) diantaranya partisipasi dalam diskusi melalui forum diskusi daring,mengerjakan tugas individu/ kelom pok melalui penugasan daring,
ublikasi individu atau kelompok (melalui wiki, blog, dll) dan sebagainya. Selain itu, dalam praktik pembelajaran berbasis digital di pendidikan kejuruan pada sebuah negara, keberhasilan pembelajaran berbasis digital ini tidak terlepas dari enam elemen berikut ini:
 Infrastruktur meliputi software, hardware dan administrator sistem khusus.
 Kepemimpinan dan praktik tata kelola meliputi dukungan dari pimpinan sekolah dan penyusunan program secara eksplisit dalam rencana strategis
 Kolaborasi dan jaringan meliputi penggunaan platform pembelajaran daring, Wi-Fi dan penyimpanan berbasis cloud.
 Konten dan kurikulum meliputi mutu guru, hak milik digital & kebijakan keamanan jaringan dan penggunaan repositori open-sources oleh guru.
 Praktik belajar mengajar meliputi komitmen dalam pembelajaran digital dan penggunaan situs media sosial sebagai sarana komunikasi.
 Penilaian meliputi assessment yang dilakukan di sistem manajemen pembelajaran melalui penggunaan alat dan fasilitas online.
Lebih lanjut, mengingat mata pelajaran di SMK terdiri dari beberapa kelompok mata pelajaran (kelompok normatif, adaptif dan produktif), sangat disarankan untuk melakukan kombinasi dalam pembelajaran di SMK antara setting pembelajaran sinkron dengan asinkron (blended learning). Pembelajaran blended (blended learning) merupakan salah satu bentuk e-learning atau pembelajaran berbasis digital (Chaeruman, 2017). Menurut Piskurich (2006) blended learning merupakan kombinasi komponen dari
aspek pembelajaran sinkron dan asinkron dengan tujuan tercapainya efektifitas belajar yang maksimum. Sementara Throne (2003) mendefinisikan blended learning sebagai suatu peluang dalam mengintegrasikan kemajuan inovasi dan teknologi yang ditawarkan secara daring dengan interaksi dan partisipasi yang ditawarkan dalam pembelajaran tradisional.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut blended learning menjadi penting diterapkan di SMK, karena kelemahan dari setting pembelajaran yang satu dapat diatasi dengan kelebihan setting pembelajaran lain, begitu juga sebaliknya.

2 thoughts on “Pembelajaran SMK berbasis Digital”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *