Menteri Pendidikan Masa Jabatan 16 Maret – 21 Mei 1998
MASA KECIL DAN PENDIDIKAN
Wiranto Arismunandar dilahirkan di Semarang pada tanggal 19 November 1933, anak kedua dari enam
bersaudara pasangan R. Aris Munandar dan Sri Wurjan. Aris Munandar mendidik anak-anaknya sedari
kecil secara keras dan disiplin serta memperhatikan betul pendidikan anak-anaknya, mulai dari memilih
sekolah yang tepat sampai pada jurusan apa yang harus diambil. Usaha keras yang dilakukan Aris
Munandar membuahkan hasil. Anak tertua atau kakak Wiranto, Artono Aris Munandar, merupakan
teknisi elektro lulusan lnstitut Teknologi Bandung (ITB), pernah menjabat sebagai lnspektur Jenderal
(lrjen) Listrik dan Energi Baru Departemen Pertambangan dan Energi dan dosen di Fakultas Teknik
Universitas Indonesia (UI).
Anak ketiga, Budiono Aris Munandar, yang bercita-cita menjadi penerbang dianjurkan belajar di akademi perkebunan, kemudian menjabat sebagai Komisaris PT Perkebunan Nusantara (PTPN) Jawa Timur, PTPN Jawa Tengah, dan PTPN I Langsa di Aceh. Wismoyo, anak keempat, diperbolehkan masuk ke Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang. Puncak karier militer Wismoyo adalah sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) pada masa akhir Orde Baru. Dua anak perempuannya, Titi Rarasati dan Retnowati, belajar di Universitas Gajah Mada Yogyakarta (UGM) dan kemudian menjadi guru SMU Negeri untuk mata pelajaran fisika dan matematika.
Wiranto Arismunandar memulai pendidikan di sekolah rendah di Jawa Timur. Demikian pula sekolah
menengah pertama dan menengah atasnya. Prestasi sekolahnya sangat membanggakan. Oleh sebab itu
ayahnya memintanya melanjutkan ke Bagian Mesin Fakultas Teknik ITB,yang masa itu masih menjadi
bagian Ul. Selama satu semester pada awal kuliah ia tinggal di Jl. Pajajaran No. 6A, rumah ibu Prof. Anton
Mulyono, kemudian tinggal di Asrama MahasiswaJalan Ganesa 15 B. Ia tinggal serumah dengan A. Sadali,
Mathias Aroef, Samaun Samadikun, A. Nu’man, Suwarso, Sunardi, Tjokorda Raka, Tungki Ariwibowo,
J.C. Kana, Mulhim, Fauzi S, Rochadji Gapar, Jasjfi, Soebhakto, Geert Pandegirot, dan teman-teman lain .
Ia merasakan hidup di asrama mengasyikkan dan merasa beruntung dapat berkenalan dan menjalin
pertemanan dengan orang yang berasal dari berbagai penjuru tanah air, berbagai ragam budaya, dan
kehidupan bertoleransi. Ia senang mempunyai banyak ternan, sebab pertemanan merupakan bekal
paling utama dalam kehidupan bermasyarakat.
Wiranto lulus ujian sarjana teknik mesin ITB pada tanggal 10 Februari 1959. Ketua Bagian Mesin ITB Prof. Dr. lng. K.W. Vohdin menawarkan beasiswa belajar ke luar negeri kepada Wiranto dengan syarat mau menjadi dosen. Tawaran ini tidak pernah diduga dan ditanggapi secara cepat: Wiranto menyatakan kesediaan mengabdi sebagai dosen di almamaternya. Dua bulan sebelum berangkat ke Purdue University Amerika Serikat, tepatnya pada bulan Juni 1959, Wiranto menikahi Sekarningrum Wirakusumah.
Setamat dari Purdue University Wiranto menepati janji menjadi dosen ITB. Tidak lama berselang, ia
berniat melanjutkan studi pascasarjananya. Keinginan itu terwujud pada tahun 1961 dengan belajar di  Fakultas Teknik Mesin Stanford University, Amerika Serikat. Ia berhasil menyelesaikan penddikannya
pada tahun 1963. Pada tahun 1965 ia mengikuti pelatihan Tenaga Pendorong Pesawat Roket di Jepang.
Baca Juga : Daftar Menteri Pendidikan Indonesia
KARIER
Berkat prestasi dan latar belakang pengalaman pendidikannya, pada 1973 ia ditetapkan sebagai Guru
Besar Termodinamika di ITB. Kemudian secara berturut-turut ia menjadi Wakil Ketua Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) tahun pada 1978-1989, Rektor di ITB (1988-1997),
menjadi ilmuwan senior Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (sejak 1989), dan menjadi penasihat
ahli PT Dirgantara Indonesia (sejak 1989).’Semasa menjadi dosen di Teknik Mesin, Wiranto tidak hanya menerapkan ilmu yang sudah dipelajari, tetapi juga melakukan pengembangan sebagaimana tertulis dalam buku-bukunya. Pengantar Turbin Gas dan Motor Propulsi, yang diterbitkan ITB (2002), ditulis sebagai panduan merawat turbin gas, baik untuk keperluan industri maupun sebagai penggerak kendaraan darat, kapal, dan pesawat terbang. Ia juga menulis Penggerak Mula Motor Bakar Torok (ITB, 2002). Buku ini memuat pengetahuan tentang motor bakar torak yang sampai kini masih menempati posisi paling efisien dibandingkan jenis motor bakar lain. Dalam perkembangannya, motor bakar torak dipacu dan teruji oleh tantangan kemajuan teknologi dan tuntutan masyarakat yang semakin maju. Dalam karyanya ia menggarisbawahi bahwa setelah dihadapkan pada masalah bahan bakar minyak, berbagai usaha ditempuh untuk menjadikannya tidak peka terhadap jenis dan kualitas bahan bakar. Oleh karena itu faktor pemacu utama di balik perkembangan berikutnya adalah ekologi dan bukan ekonomi.
Adapun buku-buku lain yang ditulisnya antara lain Termodinamika Teknik; Beberapa Soal dan
Penyelesaiannya (1989), Penggerak Mula Turbin (2002), dan Termodinamika Teknik: Tabel dan Gra(tk (2002), yang seluruhnya diterbitkan oleh ITB, sekaligus menjadi diktat resmi dan panduan untuk merawat dan mengembangkan mesin. Buku-buku tersebut ditulis berdasarkan pengalamannya ketika mengajar di
Departemen Teknik ITB serta renungannya terhadap masa depan teknologi lndonesia. Semasa menjabat Rektor ITB Wiranto beberapa kali mengeluarkan kebijakan yang keras terhadap mahasiswa, bahkan akibat kebijakannya itu sepanjang tahun 1989 beberapa kali terjadi aksi protes yang disuarakan di ITB. Tidak hanya itu. Pada tahun 1990-1994 kembali kebijakan keras dikeluarkan pihak rektorat ITB terhadap mahasiswa.
Baca Juga : Agung Wicaksono, S.Pd. M.Pd
PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Bersamaan dengan maraknya aksi unjuk rasa mahasiswa pada bulan Maret 1998, tongkat kepemimpinan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan beralih dari Wardiman Djojonegoro ke Wiranto Arismunandar. Barangkali dari sekian calon menteri yang ditelepon Presiden Soeharto hanya Wiranto Arismunandar yang tidak bergembira saat ditunjuk menggantikan posisi Wardiman Djojonegoro. Spekulasi kemudian bermunculan. Banyak pihak menengarai penunjukan Wiranto merupakan strategi meredam gelombang aksi mahasiswa yang menuntut Presiden Soeharto mundur. Hal itu didasarkan pada rangkaian kebijakan yang dikeluarkan Wiranto semasa menjabat Rektor ITB tahun 1989-1996 sebagai orang yang keras terhadap mahasiswa: tegas dan tak segan memberi skorsing bagi mahasiswa yang membandel.
Acara serah terima jabatan dari Wardiman ke Wiranto berlangsung pada Rabu tanggal 18 Maret 1998.
Dalam pidato sambutannya dengan suara tegas Wiranto menyampaikan beberapa kebijakan penting yang akan ditempuhnya. Pertama, pentingnya menyukseskan program wajib belajar sembilan tahun. Kedua, upaya memajukan dunia riset dengan pengalokasian anggaran yang wajar. Ketiga, meneruskan program menteri sebelumnya, yakni program link and match. Program ini merupakan agenda untuk mengenalkan secara lebih dalam dunia pendidikan dan dunia kerja, yang dimaksudkan agar selepas menyelesaikan pendidikan seorang mahasiswa dapat beradaptasi secara baik dengan dunia lapangan pekerjaan. Selama lebih kurang 60 hari menjabat menteri, program dan gagasan Wiranto kurang berjalan optimal. Hal ini dapat dimengerti sebab pada bulan Maret-Mei 1998 merupakan masa yang sangat genting dalam dunia politik-ekonomi Indonesia. Di satu sisi Indonesia sedang dihadapkan pada krisis ekonomi yang luar biasa pengaruhnya terhadap segala sektor kehidupan, termasuk dunia pendidikan; sedang di sisi lain gelombang demonstrasi mahasiswa menuntut pergantian kekuasaan semakin keras dan menemukan titik puncak pada pertengahan bulan Mei 1998.
Dalam kurun waktu itu pula Wiranto disibukkan untuk berkomunikasi dengan jajaran rektor dan
pemimpin universitas di seluruh Indonesia. Boleh jadi hal tersebut merupakan perintah Presiden
Soeharto dalam rangka meredam demonstrasi mahasiswa yang marak di seluruh daerah. Alhasil sejarah
mencatat tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto resmi mengundurkan diri sebagai presiden. Keadaan
semakin tidak menentu. Krisis tetap berlanjut, sementara pucuk pimpinan nasional diserahkan kepada
Wakil Presiden B.J. Habibie. Dengan demikian karier, gagasan, pemikiran, dan cita-cita Wiranto untuk
memajukan dunia pendidikan pun ikut tenggelam bersama riuh rendah Reformasi 1998.

Sumber : Buku ” Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 1945-2018 ” Penerbit Direktorat Sejarah, Direktorat Jendaral Kebudayaan Kemdikbud Tahun 2018
 
              
[…] Wiranto Arismunandar (16 Maret – 21 Mei 1998) […]