Majalah Vokasi Edisi Mei 2022 – Kesenjangan antara dunia pendidikan dan industri selama ini bagaikan
dua rel yang tak pernah bertemu di satu titik. Masing-masing berjalan
sendiri dengan egonya. Artinya, output dunia pendidikan tidak sesuai
harapan dunia usaha/dunia industri.
Terbukti berpuluh-puluh tahun dunia usaha/dunia industri saat
menerima karyawan selalu melakukan training sebelum calon karyawan
bisa diterjunkan langsung menangani sebuah pekerjaan. Mengapa? Karena
kompetensi lulusan dunia pendidikan tidak sesuai harapan.
Sangatlah tepat di era kedua masa kepemimpinan Presiden Joko
Widodo menjadikan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai
prioritas utamanya. Pembangunan SDM ini tidak hanya SDM pekerja keras,
dan dinamis, tapi juga membangun SDM yang terampil, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Tentu saja untuk mencapai tujuan itu, perlu adanya dana besar atau
endowment fund. Pemerintah tidak mungkin hanya mengalokasikan dana
untuk sector SDM. Alangkah tepatnya kebijakan Presiden Joko Widodo
yang menekankan pentingnya kerjasama dunia pendidikan dengan
industri.
Sejalan dengan itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, telah mengelontorkan sejumlah paket
kebijakan “Merdeka Belajar.” Salah satunya, kebijakan “Kampus Merdeka
Vokasi.”
Paket kebijakan Merdeka Belajar Episode 11 ini, integrasi pendidikan
tinggi vokasi dengan dunia kerja untuk menghasilkan lulusan yang lebih
kompeten, produktif, dan kompetitif. Integrasi perguruan tinggi vokasi
dengan dunia kerja dilaksanakan melalui link and match 8+i.
“Kita ingin anak-anak kita langsung bekerja dari pembelajaran yang
mereka alami di perguruan tinggi vokasi. Goal kita sangat jelas, agar
mereka mendapatkan pekerjaan di berbagai industri secepat mungkin dan
dengan upah yang layak,” kata Nadiem saat peluncuran Kampus Merdeka
Vokasi pada Mei 2021.
Kampus Merdeka Vokasi memiliki dua program utama. Yakni Dana
Kompetitif (Competitive Fund) Kampus Vokasi dan Dana Padanan
(Matching Fund) Kampus Vokasi.
Nadiem menjelaskan penawaran dana kompetitif salah satunya untuk
pembukaan program SMK D-2 Jalur Cepat. Program ini berbasis kerja
sama antara SMK dan kampus vokasi, dengan dunia kerja.
Tujuanya, untuk meningkatkan kualifikasi SDM yang terampil dan
unggul dalam waktu yang singkat. Melalui kebijakan ini, diharapkan
mempercepat lulusan yang kompeten dibidangnya.
Sementara itu, Dana Kompetitif (competitive fund) lanjut Nadiem juga
dapat digunakan untuk program peningkatan program studi (prodi) D-3
menjadi Sarjana Terapan (D-4).
Program ini berupaya untuk meningkatkan level program lebih tinggi,
sehingga kualifikasi serta soft skills atau karakter siap kerja mahasiswa
lebih sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.