Majalah Vokasi

Majalah Vokasi Maret 2023 – Tak bisa dipungkiri, kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas lautan dan pulau-pulau dengan gelom bang yang besar telah memberi pelajaran berharga bagi nenek moyang bangsa Indonesia untuk membangun armada kapal yang tangguh. Tak mengherankan jika banyak pelaut-pelaut ulung lahir dari nusantara. Kegagahan mereka abadi dalam syair lagu “Nenek Moyangku Orang Pelaut”.
Sejarah juga mencatat, dua kerajaan besar di nusantara, Sriwijaya, dan Majapahit pernah mengendalikan jalur-jalur pelayaran dan pelabuhan-pelabuhan in-ternasional di masa lampau, mulai dari Asia, Australia, Eropa, dan Afrika. Wilayah kekuasaannya meluas, salah satunya karena penguasaan teknologi maritim melalui pembangunan armada laut yang besar, kuat, dan canggih.
Nenek moyang Indonesia begitu piawai memadukan bodi kapal yang kokoh untuk menerjang ombak dengan teknologi desain layar tinggi yang mampu mengatur energi angin menjadi “bahan bakar” untuk laju kapal. Tidak hanya dikenali dari layarnya, kemasyhuran kapal-kapal Indonesia juga tercermin dari ragam jenis yang mencirikan kekayaan budaya maritim tempat kapal itu dibangun.

Dari timur ke barat, beragam jenis kapal-kapal tradisional melegenda hingga saat ini. Misalnya Kapal Pinisi yang dibuat dengan dua tiang utama layar dan tujuh buah layar sebagai ciri khasnya. Selain Pinisi, di Nusa Tenggara Timur ada kapal tradisional Paledang dengan ciri khas layar terbut dari anyaman rotan dan konon dirakit tanpa paku.

Masyarakat Papua memiliki kapal tradisional Chi. Di Maluku ada Kapal Kora-Kora, Jukung (Kalimantan Selatan), Pakur dan Sandeq (Sulawesi Barat), Padekawang (Sulawesi Selatan), dan Pencalang di Riau.Pencalang yang Hilang Di antara ragam jenis kapal tradisional Indonesia, Pencalang atau Pantchiallang atau Pantjalang menjadi salah satu kapal tradisional yang populer pada masanya.
Awalnya Kapal Pencalang digunakan oleh orang-orang Riau dan Semenanjung Melayu. Akan tetapi, model kapal ini kemudian ditiru oleh pembuat kapal di daerah lain di Indonesia.

Sebagai kapal dagang, bodi Kapal Pencalang memang relatif tidak terlalu besar, tetapi memiliki daya tampung yang cukup banyak. Daya jelajah kapal Pencalang juga tinggi. Hal itulah yang menjadi salah

satu alasan kapal ini diminati untuk perdagangan antarpulau.Nama Pencalang sendiri berasal dari
bahasa Melayu dan kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia yang berarti mengintai, mengintip, memata-matai. Merujuk pada catatan sejarah, Kapal Pencalang telah tertulis dalam Hikayat Raja

Banjar, di mana Pencalang menjadi salah satu harta kekayaan yang dimiliki oleh Saudagar Mangkubumi.
Catatan sejarah tentang Pencalang juga disebutkan dalam Hikayat Hang Tuah yang ditulis setelah abad ke-17. Dua Pencalang dan dua Ghurab digunakan kerajaan Majapahit untuk mengirim surat dan hadiah demi meningkatkan hubungan dengan kesultanan Melaka. Sementa ra dalam hikayat Indraputra, Pencalang disebutkan sebagai pembawa senjata.

Selain untuk berdagang, Kapal Pencalang konon memang digunakan dalam peperangan. Kapal ini juga berfungsi seperti “voorijder”. Penggunaan layar tanjak pada kapal ini membuat Pencalang dapat bermanuver dengan cepat sehingga cocok dalam peperangan dan memata-matai musuh dengan memakai sifat dagangnya.

Download

2 thoughts on “Majalah Vokasi Maret 2023”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *